CgAi70iWShD0m9VqH1PKnZAfEsE

Sabtu, 29 Juni 2013

Design Kemasan Air Mineral Riham Water

Design Kemasan Riham Water

Air mineral adalah air yang mengandung mineral atau bahan-bahan larut lain yang mengubah rasa atau memberi nilai-nilai terapi. Banyak kandungan Garam, sulfur, dan gas-gas yang larut di dalam air ini. Air mineral biasanya masih memiliki buih. Air mineral bersumber dari mata air yang berada di alam. Di Indonesia, bisnis air mineral dimulai pada tahun 1973 dengan merek Aqua, bisnis tersebut didirikan oleh Tirto Utomo dan Ibnu Sutowo.

Riham Water, Air Mineral, Design Kemasan, Desaign Box Air Mineral, Design Cup Kemasan Air Mineral
READ MORE - Design Kemasan Air Mineral Riham Water

Kaos Raja Ampat Papua

Design Kaos Raja Ampat Papua
Raja Ampat adalah salah satu kabupaten di provinsi Papua Barat, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Waisai.
Kabupaten ini memiliki 610 pulau. Empat di antaranya, yakni Pulau Misool, Salawati, Batanta dan Waigeo, merupakan pulau-pulau besar. Dari seluruh pulau hanya 35 pulau yang berpenghuni sedangkan pulau lainnya tidak berpenghuni dan sebagian besar belum memiliki nama.
Sebagai daerah kepulauan, satu-satunya transportasi antar pulau dan penunjang kegiatan masyarakat Raja Ampat adalah angkutan laut. Demikian juga untuk menjangkau Waisai, ibu kota kabupaten. Bila menggunakan pesawat udara, lebih dulu menuju Kota Sorong. Setelah itu, dari Sorong perjalanan ke Waisai dilanjutkan dengan transportasi laut. Sarana yang tersedia adalah kapal cepat berkapasitas 10, 15 atau 30 orang. Dengan biaya sekitar Rp. 2 juta, Waisai dapat dijangkau dalam waktu 1,5 hingga 2 jam.
Berdasarkan sejarah, di Kepulauan Raja Ampat terdapat empat kerajaan tradisional, masing-masing adalah kerajaan Waigeo, dengan pusat kekuasaannya di Wewayai, pulau Waigeo; kerajaan Salawati, dengan pusat kekuasaan di Samate, pulau Salawati Utara; kerajaan Sailolof dengan pusat kekuasaan di Sailolof, pulau Salawati Selatan, dan kerajaan Misol, dengan pusat kekuasaan di Lilinta, pulau Misol.
Penguasa Kerajaan Lilinta/Misol (sejak abad ke-16 bawahan kerajaan Bacan
READ MORE - Kaos Raja Ampat Papua

Kaos Anak Suku Papua

Desain Kaos Anak Papua
Kontur alam Papua yang sulit membuat anak-anak dari suku terpencil di pegunungan dan pesisir selatan Pulau Papua sulit untuk mendapatkan akses pendidikan yang memadai, asrama ini kemudian hadir untuk mewadahi hal tersebut.
Sedari kecil, para anak-anak Papua yang berasal dari suku-suku pegunungan dan pesisir dititipkan di asrama ini. Mereka kemudian dibekali dengan pendidikan sekolah dasar hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Di asrama Penjunan-lah suku-suku terpencil di pegunungan dan pesisir bertemu,  tinggal dan belajar bersama secara cuma-cuma.
Tak jarang beberapa dari mereka, walau usianya telah melampaui usia sekolah dasar sama sekali tak mampu membaca, menulis dan berhitung. Bagi mereka, para pembina di sekolah ini dengan sabar akan membimbing mereka dalam sebuah program matrikulasi untuk mengejar ketertinggalan sebelum mereka melanjutkan ke jenjang pendidikan formal.
Hingga saat ini asrama Penjunan menampung 120 anak dengan usia termuda lima tahun. Walau asrama ini hanya memiliki sekolah dasar, bagi anak-anak yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi asrama Penjunan memperbolehkan mereka tetap tinggal bahkan memfasilitasi mereka untuk tetap bersekolah setinggi apapun yang mereka inginkan!
Layaknya keramik yang dibentuk menjadi sesuatu yang indah dan bermanfaat, begitupun filosofi asrama ini. Cita-cita para pengajar dan pembina di tempat ini, agar kelak anak-anak pedalaman Papua dapat dibina menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat bagi masyarakat mereka jadikan sebagai kompas pengarah.
Saya memasuki ruang-ruang di asrama Penjunan ditemani oleh seorang kakak pembina. Mata saya menyapu ke sudut-sudut ruang kecil yang tertata rapi. Di kiri kanan ruangan tampak tempat tidur bersusun dua dan rak-rak sepatu mungil di bawahnya. Sekat kayu berpaku tertempel di dinding, di sana tergantung celana merah khas sekolah dasar dengan nama-nama pemiliknya di tulis sejajar. Sesekali saya melihat tumpukan baju usang yang tersusun rapi di laci-laci kecil yang berfungsi sebagai lemari.
“Anak-anak belajar merapikan barang-barang mereka sendiri dan mengikuti jadwal harian yang telah ditetapkan. Mereka anak-anak yang baik, walau butuh kesabaran dalam mengajar mereka,” kakak pembina yang menemani saya dengan semangat memberi penjelasan.
Saya mendengar penjelasannya dengan seksama. “Dari logat kakak, sepertinya bukan orang asli Papua. Apa yang membuat kakak tertarik menjadi pembina di sini?” saya tergelitik saat mendengar logat Batak yang khas dari suaranya.
“Saya dari Sumatera, dan bekerja di sini adalah panggilan bagi kami. Di asrama ini, tidak ada ikatan masa tugas semua tergantung keikhlasan. Beberapa dari kami bahkan telah mengabdi selama bertahun-tahun,”. Saya terkejut mendengar jawabannya. Seketika terbersit rasa bangga dan syukur menyadari masih banyak putra-putri terbaik negeri ini yang rela mengabdikan dirinya jauh ke ujung timur Indonesia.
READ MORE - Kaos Anak Suku Papua

KAOS MUMI BALIEM PAPUA

Mumi Papua (BALIEM)
MUMI kepala suku di Lembah Baliem, suku di Wamena, Papua, berumur ratusan tahun diijinkan keluarga untuk disaksikan masyarakat luas. Hal ini pun menjadi daya tarik baru bagi para pelancong di Papua.

Di Kabupaten Jayawijaya sendiri sedikitnya ada dua mumi kepala suku yang sudah dijadikan objek benda bersejarah dan daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Yaitu mumi Winmontok Mabel di Desa Jiwika dan mumi Werapak Elosak di Desa Aikima.

Kini mumi kepala suku yang dapat disaksikan masyarakat luas bertambah menjadi tiga mumi. Karena bertembah dengan mumi Aloka Hubi di Desa Araboda, kampung Bauntagima Distrik Assologaima kabupaten Jayawijaya yang diperkirakan berumur tiga ratus lima puluh tahum.

Selama ini mumi ini dikeramatkan keluarga dan keturunannya serta tidak di ijinkan untuk di kunjungi dan dipamerkan kepada masyarakat umum.

Mumi tersebut diletakkan dalam bungkusan kawat khas lalu ditempatkan dekat dengan perapian guna menjaga kehangatan dan serangan hama tikus yang telah menggerogoti sebagian tubuh mumi tersebut.

Yahones Kurisi, salah satu anak cucu keturunan kepala suku Alouka Hubi dari suku Hubi-Kurisi dan Wantik-Wentete menyatakan bahwa berdasarkan kepercayaan mereka kepala suku perang Alouka Hubi rela mengorbankan dirinya saat wafat agar dikeringkan dan dijadikan mumi. Hal ini dilakukaannya untuk menyelamatkan suku yang berada di Lembah Baliem Wamena yang saat itu selalu digenangi air.

Sehingga melalui jasad yang telah dikeringkan tersebut, air Lembah Baliem pun menjadi kering dan dapat di tumbuhi tanaman serta pepohonan bagi oleh keturunannya. Hingga kini lembah baliem tidak lagi digenangi air.

Sementara itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayawijaya. Alpius Wetipo, menyambut baik diijinkannya mumi Alouka Hubi untuk didata sebagai benda bersejarah dan dijadikan objek wisata bagi pemerintah daerah. Dengan demikian mumi tersebut akan mendapatkan perhatian dan perawatan yang lebih baik sehingga tidak bertambah rusak kondisinya.

Kondisi mumi Alouka Hubi saat ini, kulit wajah dan badan masih utuh walaupun sebagian kaki dan pergelangan kaki sudah agar rusak dimakan rayap. Hal ini menjadi benda bersejarah masyarakat pegunungan yang pernah memiliki kepercayaan yang teguh pada masa itu, dengan menjadikan tubuh mereka mumi untuk menyelamatkan anak cucu mereka.
READ MORE - KAOS MUMI BALIEM PAPUA

Jumat, 07 Juni 2013

KAOS Islamic Centre Samarinda

Kaos Islamic Centre Samarinda
Masjid Islamic Center Samarinda adalah masjid yang terletak di kelurahan Teluk Lerong Ulu, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia, yang merupakan masjid termegah dan terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Masjid Istiqlal.[rujukan?] Dengan latar depan berupa tepian sungai Mahakam, masjid ini memiliki menara dan kubah besar yang berdiri tegak.
Masjid ini memiliki luas bangunan utama 43.500 meter persegi. Untuk luas bangunan penunjang adalah 7.115 meter persegi dan luas lantai basement 10.235 meter persegi. Sementara lantai dasar masjid seluas 10.270 meter persegi dan lantai utama seluas 8.185 meter persegi. Sedangkan luas lantai mezanin (balkon) adalah 5.290 meter persegi. Lokasi ini sebelumnya merupakan lahan bekas areal penggergajian kayu milik PT Inhutani I yang kemudian dihibahkan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
Bangunan masjid ini memiliki sebanyak 7 menara dimana menara utama setinggi 99 meter yang bermakna asmaul husna atau nama-nama Allah yang jumlahnya 99. Menara utama itu terdiri atas bangunan 15 lantai masing-masing lantai setinggi rata-rata 6 meter. Sementara itu, anak tangga dari lantai dasar menuju lantai utama masjid jumlahnya sebanyak 33 anak tangga. Jumlah ini sengaja disamakan dengan sepertiga jumlah biji tasbih.
Selain menara utama, bangunan ini juga memiliki 6 menara di bagian sisi masjid. Masing-masing 4 di setiap sudut masjid setinggi 70 meter dan 2 menara di bagian pintu gerbang setinggi 57 meter. Enam menara ini juga bermakna sebagai 6 rukun. Untuk informasi lebih lengkap tentang Masjid Islamic Center Samarinda
READ MORE - KAOS Islamic Centre Samarinda